Para ahli
psikologi dan ilmu pendididkan hingga saat ini belum memiliki kesatuan pendapat
dalam memberikan pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan . Ada yang
menganggap sama dan ada pula yang menganggap berbeda. Monks, Knoers, dan
Haditono ( 1984 : 2) misalnya, menyatakan “Perkembangan memiliki kesamaan
dengan pertumbuhan”. Sementara Moh Kasiram berpendapat perkembangan dan
pertumbuhan berbeda namun saling melengkapi. Contoh pohon mangga kecil menjadi
besar adalah peristiwa pertumbuhan, anak ayam kecil menjadi besar juga
peristiwa pertumbuhan, namun perubahan dari telur menjadi anak ayam adalah
peristiwa perkembangan. peristiwa pembuahan sel telur dengan sperma dalam
kandungan ibu sampai menjadi anak adalah peristiwa perkembangan. ( Moh Kasiram
) Pertumbuhan adalah “proses transmisi dari konstitusi fisik (resam tubuh,
keadaan jasmaniah) yang herediter/ warisan dalam bentuk proses aktif yang
kontinu” (Kartono,1982:29), sedangkan perkembangan dalam arti sempit dikatakan
sebagai “Proses pematangan fungsi-fungsi non fisik” (Kartono, 1982:32). Perkembangan
dalam arti luas sebagai “perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil dari
proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisis dalam diri anak, yang
ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu
tertentu, menuju kedewasaan” (Kartono, 1982:33) Dari definisi di atas kita
dapat mengetahui kalau pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang
berbeda. Perkembangan mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala-gejala
psikologis yang tampak. Sementara pertumbuhan khusus dimaksudkan mengenai
ukuran badan dan fungsi fisik yang murni. Fase dan Tugas Perkembangan Sebelum
kita membahas apa fase dan tugas perkembangan, ada baiknya kita mengetahui dulu
apa sih arti fase dan tugas perkembangan itu? Fase adalah penahapan atau
periodesasi rentang kehidupan manusia yang ditandai oleh cirri atau pola
tingkah laku tertentu. Tugas perkembangan adalah harapan yang seyogyanya dapat
dituntaskan dalam setiap fase tersebut. Tugas–tugas perkembangan ini berkenaan
dengan sikap, perilaku dan keterampilan yang seyogyanya dikuasai sesuai dengan
usia atau fase perkembangannya. Havighurst (Abin Syamsuddin Makmun, 2009)
memberikan pengertian tugas-tugas perkembangan bahwa: “A developmental task is
a task which arises at or about a certain period in the life of the individual,
succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later
task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by
society, difficulty with later task”.. Banyak ahli yang meneliti tentang fase
dan tugas perkembangan, diantaranya (1) Buhler dalam bukunya The First Tier of
Life membagi fase menjadi 5 fase, (2) Hurlock membagi menjadi masa prenatal,
masa natal, masa remaja, dan masa dewasa, (3) Erikson menmbagi fase menjadi 8
yaitu masa bayi, masa toddler, awal masa kanak-kanak, akhir masa kanak-kanak,
awal masa remaja, masa remaja yang sejati, awal masa dewasa, dan kedewasaan dan
masa tua, (4)Sigmund Freud mebagi fase menjadi fase infantile, fase laten, fase
pubertas dan fase genital, (5) Maria Mantessori membaginya menjadi periode
I(0-7 tahun), periode II (7-12 tahun), periode III( 12-18 tahun), periode IV
(18 tahun ke atas), (6) Havigurst,untuk lebih jelasnya, di bawah ini
dikemukakan rincian tugas perkembangan dari setiap fase menurut Havighurst. 1.
Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-Kanak Awal (0,0–6.0) Belajar berjalan
pada usia 9.0 – 15.0 bulan. Belajar memakan makan padat. Belajar berbicara.
Belajar buang air kecil dan buang air besar. Belajar mengenal perbedaan jenis
kelamin. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Membentuk konsep-konsep
sederhana kenyataan sosial dan alam. Belajar mengadakan hubungan emosional
dengan orang tua, saudara, dan orang lain. Belajar mengadakan hubungan baik dan
buruk dan pengembangan kata hati. 2. Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir
dan Anak Sekolah (6,0-12.0) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk
melakukan permainan. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya
sendiri sebagai makhluk biologis. Belajar bergaul dengan teman sebaya. Belajar
memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. Belajar keterampilan dasar
dalam membaca, menulis dan berhitung. Belajar mengembangkan konsep-konsep
sehari-hari. Mengembangkan kata hati. Belajar memperoleh kebebasan yang
bersifat pribadi. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial. 3.
Tugas Perkembangan Masa Remaja (12.0-21.0) Mencapai hubungan yang lebih matang
dengan teman sebaya. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita. Menerima
keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Mencapai kemandirian emosional
dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
Memilih dan mempersiapkan karier. Mempersiapkan pernikahan dan hidup
berkeluarga. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan bagi warga negara. Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara
sosial. Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing
dalam berperilaku. 4. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal Memilih pasangan.
Belajar hidup dengan pasangan. Memulai hidup dengan pasangan. Memelihara anak.
Mengelola rumah tangga. Memulai bekerja. Mengambil tanggung jawab sebagai warga
negara. Menemukan suatu kelompok yang serasi. Prinsip Perkembangan Perkembangan
sifatnya tidak terbatas , artinya seseorang akan tumbuh menjadi besar dan
pertumbuhan ini berkesinambungan dan selalu meuju proses diferensiasi dan
integrasi. Setiap orang mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara
berantai, contohnya anak yang normal proses perkembangannya memiringkan badan,
telungkup, mengangkat kepala, duduk, merangkak, berjalan dengan bantuan dan
akhirnya mampu berjalan sendiri. Setiap fase mempunyai tugas yang khas sehingga
ada perilaku yang baik dan kurang sesuai. Perilaku yang tidak sesuai ini
ssebenarnya merupakan perilaku yang wajar untuk fase tertentu. Misalnya seorang
anak dikatakan dulu ia penurut, sekarang ia pembangkang, ini terjadi karena
pergantian fase dari anak-anak menjadi remaja yang memang cirri khasnya sedang
mencari jati diri. Setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan
sendiri-sendiri. Ada yang cepat, sedang dan lambat. Tempo perkembangan anak
sebenarnya dapat diubah (dipercepat) sedikit, tetapi tidak dapat dipaksakan.
Misalnya anak yang belum sekolah diajari membaca,menulis, dan berhitung. Selain
tempo, perkembangan anak juga berlangsung sesuai iramanya. Pada suatu masa laju
perkembangan bisa berjalan dengan cepat, dan waktu berikutnya sedikitpun tidak
tampak kemajuan. Kelajuan dan keterhambatan ini tidak sama besar pada setiap
anak. Sehubungan dengan perkembangan cepat atau lambat, anak dapat dibedakan
menjadi 3 golongan yaitu: · anak yang tidak menunjukan perkembangan yang cepat
maupun lambat, melainkan perkembangan mendatar dan maju secara berangsur-
angsur. Semuaunya berlangsung dengan tenang, perubahan dari fase satu ke fase
berikutnya tidak menunjukan peralihan yang nyata · anak yang cepat sekali
berkembang pada waktu kecilnya, tetapi sesudah besar kecepatan perkembangan
semakin berkurang. · Anak yang lambat laju perkembangannya pada waktu kecil, tetapi
semakin lama semakin bertambah cepat kemajuannya Dalam perkembangan terdapat
masa peka, yaitu suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri ke luar,
dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang. Masa peka merupakan masa
pertumbuhan ketika fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan (Maria
Montessori). Sebagai orang tua dan pendidik, kita harus dapat mengetahui kapan
seorang anak mengalami masa peka walaupun ini memang sulit diketahui karena
setiap anak mengalaminya pada waktu yang berbeda. Apabila masa peka ini tidak
digunakan sebaik-baiknya atau tidak mendapatkan kesempatan untuk berkembang
maka fungsi tersebut akan mengalami kelainan dan akan mengganggu perkembangan
selanjutnya. Dalam diri anak terdapathasrat dasar untuk mempertahankan dan
mengembangkan diri. Hasrat mempertahankan diri terlihat dalm bentuk nafsu makan
dan menjaga keselamtan diri. Sedangkan hasrat mengembangkan diri terlihat dalm
bentuk rasa ingin tahu, mengenal lingkungan, kegiatan bermain dan sebagainya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Secara garis besar factor yang
mempengaruhi perkembangan dikelompokan menjadi 3 yaitu factor yang berasal dari
dalam individu, gaktor yang berasal dari luar dan factor umum. Faktor yang
berasal dari dalam individu antara lain (1) bakat atau pembawaan seperti bakat
music, seni, agama, akal yang tajam dan sebagainya. Anak yang bakat music
misalnya niscaya minat dan perhatiannya tertuju pada music, ia akan maju dalam
bidang music bahkan ia dapat menjadi composer dan ahli music apabila didukung
oleh lingkungan yang memadai. (2) sifat keturunan individu yang diwariskan dari
orang tuanya dapat berupa fisik maupun mental, namun sifat keturunan ini
seumpama bibit yang tumbuhnya dipupuk dan dipengaruhi oleh pendidikan dan
lingkungan. (3) dorongan dan instink. Factor yang berasal dari luar individu
diantaranya makanan, iklim, kebudayaan, ekonomi, kedudukan anak dalam keluarga
misalnya bila anak itu merupakan anak tunggal biasanya perhatian orang tua
tercurah kepadanya sehingga anak tersebut cenderung memiliki sifat manja,
kurang bisa bergaul, menarik perhatian dengan cara kekanak-kanakan dan
sebagainya. Lain halnya seorang anak ynag mempunyai banyak saudara, jelas
orangtuanya akan sibuk memabgi perhatian teerhadap saudara-saudaranya itu. Faktor
umum maksudnya unsure-unsur yang dapat digolongkan dalamkedua penggolongan
diatas, dengan kata lain jika factor yang mempengaruhi perkembangan itu
merupakan campuran dari kedua unsure tersebut. Factor umum tersebut antara lain
(1) intelegensi, tingkat intelegensi yang tinggi erat kaitannya dengan
kecepatan perkembangan begitupun sebaliknya. (2) jenis kelamin, anak laki-laki
yang baru lahir biasanya lebih cepat besar dibandingkan dengan bayi perempuan.
(3) kelenjar gondok . (4) kesehatan, anak yang kesehatan mental dan fisiknya
sempurna akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang memadai. (5) Ras,
misalnya anak dari ras Mediterranean mengalami [erkembagan fisik lebih cepat
dibandingkan dengan orang dari bangsa eropa Utara. Aliran Psikologi dan Implikasinya
dalam Pembelajaran 1. Aliran Nativisme / Aliran Pembawaan Menurut aliran ini
anak tidak perlu pendidikan karena baik buruk anak sudah ditentukan dari
keturunan. Menurut aliran ini manusia yang lahir telah memiliki bakat dan
pembawaan baik dari keturunannya yang dulu atau di takdirkan. Aliran ini
dijuluki aliran pesimistis karena melihat sesuatu hanya dari kacamata hitam
saja. Tetapi pengaruh aliran ini sampai sekarang masih dirasakan. Roseaus
seorang filosof dari Jerman berpendapat bahwa setiap orang dilahirkan mempunyai
dasar-dasar moral yang baik. Karakter seseorang bersifat interistik 2. Aliran
Empirisme / Aliran Lingkungan Menitik beratkan pada bagaimana kita akan mengisi
hidup melaksanakan hal-hal baik itu positif maupun negativ, jadi tergantung
pada masing-masing individu itu sendiri. Lingkungan bisa menentukan bagaimana
sifat, perilaku anak jika lingkungan mendukung, sikap anak pasti akan baik
begitu juga sebaliknya. Pendidikan dapat memegang peran penting, sedangkan
bakat tidak ada pengaruhnya, jadi disini peran orang tua sangat vital untuk
menentukan bagaimana kedepannya kehidupan dan masa depan anak. Faktor lingkunga
menjadi faktor yang menentukan pada perkembangan anak sedangkan faktor bakat
tidak ada pengaruhnya 3. Aliran Konfergensi / Aliran Persesuaian Perpaduan
antara Natifisme dan Empiurisme yang menggabungkan antara arti pentingnya
hereditas dan pengangaruh lingkungan. Perkembangan yang sehat akan berkembang
jika kombinasi dari fasilitas yang diberikan dari lingkungan dan potensialitas
kodrati anak mendorong kemampuan anak, dan menjadi tidak seta apa bila pengaruh
lingkungan melumpuhkan sikofis anak. Pada 5 th pertama orang tua sangat
berperan penting, jika orag tua salah didik pada masa ini akan berakibat fatal
untuk masa depannya. Pengaruh pembawaan atau keturunan terahadap tingkah laku
terjadi secara tidak langsung. Pengaruh keturunan selalu membutuhkan perantara
yang terdapat pada lingkungan, contohnya a. Latar belakang keturunan yang sama
menghasilkan kepribadian yang berbeda dengan kondisi lingkungan yang berbeda
pula b. Latar belakang dan lingkungan yang beda menghasilkan pola perkembangan
yang sama c. Lingkungan yang sama menghasilkan perbedaan kepribadian meskipun
berlatar belakang sama d. Riwayat hidup dan latar belakang yang sama
menghasilkan kepribadian yang sama Menurut Anastasi, Presiden American
Psycological Association faktor segmental yakni adakalanya berlangsung dalam
waktu yang singkat, berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Tentang hubungan
antara faktor dan faktor keturunan Anastasi mengemukakan bahwa : 1) Faktor
lingkungan dan faktor keturunan menjadi sumber penting timbulnya tingkah laku.
2) Kedua fungsi ini bisa berfungsi terpisah, melainkan saling berhubunga. 3)
Suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hubungan yang lain yang akan
terjadi 4. Aliran Asosiasi Pengembangan dari empirisme pada Renaisans yang
mempelajari tentang manusia. Menurut Aliran Asosiasi bahwa prosesi psikiologi
adalah ”Asosiasi Ide”. Unsur atau elemen terkecil dari jiwa manusia adalah
Simple idea. Simple idea bukan bawaan dari lahir, merupakan hasil yang
diperoleh manusia. Apabila simple idea yang satu dengan yang lain di gabung
akan menghasilkan complex idea, apabila complex idea di gabung akan
menghasilkan Compund idea (gabungan ide) 5. Aliran Gestalt Berasal dari bahasa
jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Gestalt
berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian-bagiannya menunjukan premis dasar
sistem sikologi yang mengonseptualisasi berbagai pristiwa psikologi sebagai
fenomena yang terorganisasi utuh dan logis. Psikologi Gestalt adalah gerakan
psikologi yang melawan psikologi strukturalisme. Didasari oleh pemikiran Kant
tentang teori nativistik yang megnatakan bahwa organisasi aktivitas mental
membuat individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui cara-cara yang khas.
Sehingga tujuan psikologi Gestalt adalah menyelidiki organisasi aktivitas
mental dan mengatahui secara tepat karateristik interaksi manusia dengan
lingkungan 6. Aliran Psikologi Kognitif Dikembangkan oleh Jeant Piget, teori
ini membahas munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang
mempersepsi lingkungannya. Teori digolongkan pada teori Konstruktivisme, teori
ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan
yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Menurut teori ini
belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap
orang yang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Proses
belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara
klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Prinsip-prinsip
Kognitif antara lain : a. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan
memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasar pola dan logika
tertentu. b. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke komplek. c.
Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik dari pada menghafal. Aplikasi
dalam proses pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang
dewasa yang mudah dipahami proses berfikirnya, anak usia pra sekolah dan awal
Sekolah Dasar belajar menggunakan benda konkret, keaktifan siswa sangat
dipentingkan, guru menyusun materi dengan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Implikasi Aliran Psikologi Kognitif dalam pembelajaran : - Guru harus memahami
proses yang digunakan anak sehingga anak mencapai keberhasilan. - Mengutamakan
peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar. - Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan
- Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. 7. Aliran Psikologis
Konstruktivisme Adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari
knstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan. Konstruktifisme
menekankan perkembangan konsep dan pengetahuan yang mendalam. Suatu pengetahuan
dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan atau fenomena yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu
saja, melainkan harus di interpretasikan sendiri oleh masinga-masing orang.
Manusia berhadapan dengan tantangan pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang
harus ditanggapinya secara kognitif. Manusia harus mengembangkan skema pikiran
lebih umum atau rinci, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman. Dengan cara
itu pengetahuan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi : a. Skema adalah
struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami
perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan berfungsi sebagai
kategori-kategori untuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang dan terus
berkembang b. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap
mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci. c. Akomodasi adalah
proses pembentukan skema atau skema karena konsep awal sudah tidak cocok lagi
d. Equlibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga
seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya. Implikasi
Aliran Psikologi konstruktivisme : a. Seorang guru merasa sudah pernah
mengajari suatu materi tetapi ada sebagian siswa yang tidak mengerti, itu
berarti guru tersebut sudah mengajar dengan baik tetapi ada sebagian murid yang
tidak belajar sama sekali. b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga
terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat di
konstruksi oleh peserta didik. c. Latihan memecahkan masalah dilakukan dengan
belajar kelompok 8. Aliran Behaviorisme Aliran tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman, aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Aliran behaviorisme mendudukan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukan perubahan perilakunya. Menurut aliran ini dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan outpun yang berupa
respons faktor yang dianggap penting dalam teori behavourisme adalah stimulus
dan respons. Stimulus adalah apa yang disampaikan oleh pengajar, respon adalah
sesuatu yang diterima oleh pelajar. Selain faktor tersebut ada faktor
penguatan. Bila penguatan ditambahkan maka respons akan semakin kuat. Prinsip
dalam teori belajar behaviorieme : a. Reinforcement dan punishment b. Primary
of Reinforcement c. Achedules of Reinforcement d. Contingency Management e.
Stimulus control in operant learning f. The elimination of Responses Kelebihan
dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergem,
tidak kreatif dan produktif. Implikasi Teori Behaviorisme · Apa saja yang
diberikan guru dan apa saja yang dihasilkan siswa semua, harus bisa diamati,
diukur dan tidak boleh hanya implisit, dan faktor lain yang penting adalah
faktor penguat Prinsip-prinsip teori Behaviorisme yang dipakai di dunia
pendidikan Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila pelajar ikut
berpartisipasi secara aktif -Materi pelajaran dibentuk dalam unit-unit kecil
dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga mudah dipelajari - Tiap
respons perlu di respons balik, agar pelajar dapat mengetahui apakah respons
yang diberikan telah benar atau belum - Setiap kali melakukan respons harus
diberi penguatan, penguatan positif ternyata memberi pengaruh yang lebih baik
9. Aliran Humanisme Mempelajari tentang diri, aktualisasi diri, kesehatan,
harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas. Aliran Humanisme sangat
memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya
secara manusiawi dengan menitik beratkan pada kebebasan individu untuk
mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab
personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Lima dalil utama dalam Aliran
Psikoligi Humanisme yaitu : a. Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke
dalam komponen-komponen. b. Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam
berhubungan dengan manusia lainnya. c. Menusia memiliki kesadaran akan dirinya
dalam mengadakan hubungan dengan orang lain. d. Menusia memiliki
pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya. e. Menusia
memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.
Terlepas dari aliran-aliran tersebut, sebagai umat beragama tentunya kita
mempercayai hukum predistinasi yaitu hukum tentang nasib atau takdir. Pada
setiap umat beragama ada kepercayaan terhadap takdir yang telah ditetapkan
Allah baginya. Berdasarkan hukum ini berarti betapapun sempurnanya pembawaan,
bakat, dan sifat keturunan, betapapun baiknya liingkungan dan pemeliharaan
anak, serta betapapun lengkapnya sarana dan prasarana serta sumber penghidupan,
tetapi proses perkembangan itu tidak akan berlangsung sebagaimana yang
dikehendaki manusia seandainya takdir tidak membawanya demikian atau jika Allah
tidak mengizinkannya.
BERITA LENGKAP DI HALAMAN BERIKUTNYA
Halaman Berikutnya